Sabtu, 07 Januari 2017

Ar-Rahman (55): 1-5



Di dalam surat ini, Allah subhanawata’ala menceritakan tentang karunia dan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. Dan pada awal surat, diberitakan bahwa salah satu karunia dan rahmat-Nya adalah Allah telah menurunkan kepada para hamba-Nya Al-Qur’an serta memudahkan penghafalan dan pemahaman bagi orang-orang yang dirahmati oleh Allah subhanawata’ala.


Allah subhanawata’ala berfirman:
ß`»oH÷q§9$# ÇÊÈ   zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ   šYn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ   çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ  
“(Tuhan) yang Maha pemurah,[1] yang telah mengajarkan Al Quran.[2] Dia menciptakan manusia. [3] mengajarnya pandai berbicara.[4]” QS. Ar-Rahman (55): 1-4]

Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan Al-Bayaan adalah berbicara. Namun Ad-Dahhak dan Qatadah (serta selain keduanya) mengatakan itu adalah kebaikan dan keburukan.

Tetapi pendapat Al-Hasan dalam konteks ayat ini lebih baik dan lebih kuat karena dalam ayat ini yang dibicarakan tentang pengajaran Al-Qur’an. Intinya adalah menunaikan bacaannya.  Dan sesungguhnya hal tesebut dapat terwujudkan bila Allah subhanawata’ala menjadikan makhluk-Nya pandai berbicara. Agar dimudahkan-Nya untuk mengeluarkan bunyi huruf dan makhraj-nya masing-masing, yaitu halaq dan lisan serta kedua bibir dengan berbagai macam makhraj dan perbedaannya.

Allah subhanawata’ala berfirman pada ayat selanjutnya:
ß§ôJ¤±9$# ãyJs)ø9$#ur 5b$t7ó¡çt¿2 ÇÎÈ  
“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” QS. Ar-Rahman (55): 1-4]

Maksudnya adalah keduanya (matahari dan bulan) berjalan secara beiringan menurut perhitungan yang tepat dan tidak menyimpang serta tidak berbenturan. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah pada surat yang lain:
Ÿw ß§ôJ¤±9$# ÓÈöt7.^tƒ !$olm; br& x8Íôè? tyJs)ø9$# Ÿwur ã@ø©9$# ß,Î/$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur Îû ;7n=sù šcqßst7ó¡o ÇÍÉÈ  
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [QS. Yaasin (36): 40]

Dan firman Allah subhanawata’ala pada:
ß,Ï9$sù Çy$t6ô¹M}$# Ÿ@yèy_ur Ÿ@øŠ©9$# $YZs3y }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur $ZR$t7ó¡ãm 4 y7Ï9ºsŒ ãƒÏø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÒÏÈ  
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.” [QS. Al-An’am (6): 96]

Diriwayatkan dari Ikrimah yang mengatakan bahwa seandainya Allah subhanawata’ala menjadikan cahaya dari semua penglihatan manusia, jin, hewan, dan burung-burung kepada mata seorang hamba, kemudian Allah bukakan baginya suatu tirai di antara 70 tirai yang menghalangi matahari, niscaya hamba tersebut masih tidak mampu untuk melihat kepada Allah ‘azzawajalla.

Cahaya matahari itu merupakan suatu bagian dari 70 bagian cahaya Kursi, dan cahaya Kursi itu merupakan suatu bagian dari 70 cahaya ‘Arasy. Dan cahaya ‘Arasy itu merupakan suatu bagian dari cahaya tirai yang menutupi Allah subhanawata’ala.

Maka perhatikanlah!! Berapa banyak Allah akan memberikan cahaya kepada hamba-hamba-Nya di matanya pada saat hamba-hamba itu melihat kepada Allah subhanawata’ala Yang Maha Mulia dengan terang-terangan di surga nanti??? Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Begitulah Allah 'azzawajalla membalas hamba-Nya yang beruntung. Allah mudahkan pengajaran dan pemahamannya tentang Al-Qur'an sehingga ia memahami hakikat dien ini. Hingga hamba tersebut mampu menegakkan dien (Islam) ini di bumi Allah. Maka balasannya adalah surga, dimana salah satu nikmat terbesar di surga kelak adalah sang makhluk mampu bertemu dengan Maha Pencipta tanpa dibatasi oleh tirai-Nya. Walhamdulillah, wallahu'alam bish shawab.  


Pict by: Nisa NJ
Written by: Ummu 'Abdullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar