Jumat, 06 Januari 2017

Ridha dengan Takdir Allah

Kecintaan kepada Allah swt adalah segalanya maka seorang yang begitu mencintai rabbnya, ia akan berusaha senantiasa ridha terhadap ketentuan-Nya. Karena dia tau apa yang telah ditakdirkan Rabbnya adalah yang terbaik untuknya. Apalagi bila ia yakin bahwa setiap takdir yang ditetapkan untuknya merupakan langkahnya untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, suatu hari nanti...

Maka dari itu, takdir yang menyakitkan dan musibah yang melandanya, tak lain hanyalah perantara Allah untuk mengingatkan hamba-Nya akan hakikat keberadaannya di dunia yang fana. Bahwa dunia bukanlah tempat mencari kebahagiaan. Dunia hanyalah tempat ujian, sudah sepatutnya kita menyadari dan kembali kepada-Nya sebelum kita jauh terlena dengan perhiasan dunia dan balasan-Nya yang lebih besar, yang datang di hari kiamat nanti.


Allah berfirman :
ولَنُذِيْقَنَّهُمْ مِّنَ العَذَابِ الْأَدْنَى دُوْنَ الْعَذَابِ لأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat) mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” [QS. As-Sajdah (32):21]

Bahkan ujian, cobaan atau musibah yang didapatkan seorang hamba merupakan pembersih dari dosa-dosa kelalaian yang telah dilakukan oleh hamba-Nya. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu’alayhiwasallam bersabda: “Tidak ada satupun musibah, penyakit, kesedihan, dan gangguan yang menimpa seorang muslim hingga duri yang mengenainya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaqun ‘alaih.)1

Saudaraku yang seiman, hakikatnya semua takdir yang telah di tentukan Allah atas hamba-Nya  selalu membawa kebaikan yang sejati. Sekalipun yang nampak bukan sepeti apa yang kita inginkan.

Contohnya dalam pembagian rezeki terhadap hamba-Nya, sebagian kita ada yang Allah lapangkan rezekinya dan juga ada yang  Allah sempitkan untuk sebagian yang lain. Karena Allah mengetahui apa yang baik bagi hamba-Nya. Gak percaya? Mari kita simak firman Allah:

وَلَوْبَسَطَ اللهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْاْ فِي لأَرْضِ وَلكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشآءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيْرٌ بَصِيْرٌ
“Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha melihat.” [QS. Asy-syura (42):27]
  
Saudaraku yang dirahmati Allah, Allah menahan rezeki-Nya yang melimpah dari sebagian manusia tak lain merupakan salah satu bentuk rahmat dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya. Rasulullah Shalallahualayhiwasallam bersabda: ”Sesungguhhnya Allah benar-benar akan menjaga hamba-Nya yang mukmin dari dunia padahal Dia mencitainya, sebagaimana orang sakit diantara kalian yang menjaga dirinya dari makanan dan minuman yang dikhawatirkan (memperparah  penyakitnya).” (HR. Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani dalam shahih Al-Jami’).2

Dan semua akan terlihat lebih indah jika cinta kepada Allah telah bertahta dalam hati seorang hamba, maka kuncinya adalah “.....Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya...” [QS. Al-Bayyinah (98):8] dan “......Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.....” [QS. Al-Maidah (5):54] .

Disebutkan dalam atsar (pekataan sahabat) bahwa Allah Ta’ala berfirman, ”Wahai sekalian orang yang menghadapkan wajahnya kepada-Ku dengan kecintaan-Ku, tidak ada yang memberikan mudharat (keburukan) kepada kalian dari dunia yang hilang dari kalian jika kalian (ditakdirkan) beruntung, dan tidak ada yang memberikan mudharat kepada kalian dari musuh-musuh kalian jika kalian (ditakdirkan) selamat.”3

Umar bin Abdul Qais berkata, ”Kecintaanku kepada Allah telah memudahkanku dari setiap musibah dan menjadikanku ridha dengan setiap ketentuan-Nya. Aku tidak peduli dengan apa yang menimpaku di pagi dan di petang hari ketika aku telah mencintai-Nya.”4

Dengan melihat para sahabat, kita pasti mengerti bahwa ketika kecintaan kepada Allah telah tertancap di lubuk hati yang terdalam (begitu mencintai-Nya), maka apapun yang dikehendaki-Nya atas diri kita tentu kita ridha atas segalanya.

Suatu ketika Sa’ad bin Abi Waqqash tiba di Mekkah, beliau dalam keadaan buta. Orang-orang bergegas menemuinya agar mereka didoakan. Beliaupun mendoakan mereka untuk urusan ini dan itu, sebab beliau adalah orang yang senantiasa dikabulkkan doanya. Abdullah bin Abi Saib berkata kepadanya, “Wahai  paman, engkau telah mendoakan orang-orang, jika engkau mau berdoa untuk dirimu sendiri niscaya Allah akan mengembalikan penglihatanmu.”

Beliau tersenyum seraya berkata, ”Wahai anakku,ketentuan Allah swt terhadapku kurasa lebih baik dari pada penglihatanku.” MaasyaaAllah.

Sahabat-sahabatku yang tercinta, begitu indahnya jika CINTA telah berada dalam hati seseorang. Apapun yang diberikan dari orang yang dicintai terasa begitu menyenangkan apapun kondisinya. Apalagi jika yang memberikan adalah Rabb semesta alam dan Dia Maha Mengetahui segalanya.

Yang perlu kita ketahui sahabat, bahwa Allah memberikan hadiah kepada seorang hamba bukan dengan bungkusan yang indah atau menarik hati. Namun, terkadang Dia membungkusnya dengan ujian dan cobaan yang dimana ketika kita sudah menemukan isi dari hadiah tersebut (hikmah), akan begitu terlihat indah dan sangat mengesankan. Berbeda dengan hadiah yang bungkusnya sudah sangat terlihat menarik sehingga pasti kita membayangkan teralu tinggi Ketika kita mendapatkan isi dari hadiah tersebut tidak sama seperti apa yang kita bayangkan, akhirnya apa? K.E.C.E.W.A. Wallahu'alam.

Written by: Khairunnisaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar